Mega Fransisca (153 1000 45)
TELEVISI
DIGITAL
a.
Pengertian
Televisi
digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi
digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke
pesawat televisi.
Berdasarkan
hasil survey dinyatakan bahwa saat ini pengguna perangkat TV di Indonesia cukup
tinggi dibandingkan media informasi lain, yaitu 55% dari seluruh jumlah
keluarga di Indonesia itu memiliki TV atau terdapat 40 juta pemirsa TV, maka
dapat dinyatakan bahwa media TV merupakan sarana yang paling tepat untuk
digunakan sebagai distribusi dan disemanisasi informasi di Indonesia.
Selain
alasan diatas, pengembangan televisi digital antara lain dikarenakan karena :
·
Perubahan
lingkungan eksternal, antara lain :
1.
Pasar
TV analog yang sudah jenuh
2.
Kompetisi
dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
·
Perkembangan
teknologi, misalnya :
1.
Teknologi
pemrosesan sinyal digital
2.
Teknologi
transmisi digital
3.
Teknologi
semikonduktor
4.
Teknologi
peralatan yang beresolusi tinggi
b.
Sistem penyiaran TV digital
Stasiun Tv penyiaran baik TVRI
maupun TV swasta nasional memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan
teknologi digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk memproduksi
program, mengedit, merekam dan menyimpan data. Pengiriman sinyal gambar, suara
dand ata menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang
dimanfaatkan sebagai siaran TV-berlangganan. Sistem transmisi digital melalui
satelit ini menggunakan standar yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting
Satelitte).
TV digital mempunyai tiga standart yaitu
:
·
DVT
(Digital Television), sistem yang berlaku di Amerika .
·
DVB-T
(Digital Video Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di Eropa.
·
ISDB-T
(Integrated Service Digital Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di
Jepang.
Dari hasil uji
coba siaran digital TV, teknologi DVB-T mampu memultipleks beberapa program
sekaligus. Secara teknik pita spectrum frekuensi radio yang digunakan untuk
televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak
perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF (Ultra High Frekuency).
Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital
berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8
MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita
frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan
sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda
tentunya, dengan kualitas cukup baik. Disamping itu, penambahan varian DVB-H
(handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam program siaran lagi,
khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini sangat memungkinkan bagi
penambahan siaran siaran TV baru.
Selain ditunjang
oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah,
TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan
berfrekuensi sama atau SFN (Single Frekuency Network) sehingga daerah cakupan
dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru (cable,
satelitte, VCR, DVD players, camcorders, video gaes consoles) adalah dengan
menggunakan format digital. Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat dipakai
diperlukan inverter (set top box) yang dapat merubah signal digital ke analog
sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV receiver biasa.
Sistem penyiaran
TV digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran
TV yang dikembangkan dipertengahan tahun 90 an dan diujicobakan pada tahun
2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV
secara simulcast atau siaran bersama dengan siaran Analog sebagai masa
transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan
siaran TV digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang
mengoperasikan.
TELEVISI ANALOG
a.
Pengertian
Analog
adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinue, yang membawa informasi
dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua parameter/karakteristik terpenting
yang dimiliki oleh isyarat Analog adalah amplitude dan frekuensi. Gelombang
pada sinyal Analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki tiga
variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase. Amplitudo merupakan
ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal Analog. Frekuensi adalah jumlah
gelombang sinyal Analog dalam satuan detik. Phase adalah besar sudut dari
sinyal analog pada saat tertentu.
Analog
disebarluaskan melalui gelombang elektromagnetik (gelombang radio) secara terus
menerus, yang banyak dipengaruhi oleh faktor “pengganggu”. Analog merupakan
bentuk komunikasi elektromagnetik yang merupakan proses pengiriman sinyal pada
gelombang elektromagnetik dan bersifat variable yang berurutan. Jadi sistem
analog merupakan suatu bentuk sistem komunikasi elektromagnetik yang menggantungkan
proses pengiriman sinyalnya pada gelombang elektromagnetik.
PERBEDAAN
TELEVISI DIGITAL DAN ANALOG
Kelebihan signal Digital
dibanding Analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk
diperbaiki (recovery) dipenerima dengan kode koreksi error (error corection
code). Perbedaan TV Digital dan Analog hanyalah perbedaan pada sistem transmisi
pancaannya. TV kebanyakan di Indonesia masih menggunakan sistem Analog, dengan
cara memodulasikannya langsung pada Frekuensi Carrier, sedangkan pada sistem
Digital data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret), baru
dipancarkan. sebagai ilustrasi, Jika ‘dahulu’ kita menonton film lewat VCR,
Video yang pakai pita, itu adalah analog, tetapi jika kita mendengarkan MP3 itu
adalah digital. Kemudian sedikit yang membedakan TV Analog dan Digital adalah
sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem Digital, karena diperlukan tambahan proses
misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di
penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik
dibandingkan TV Analog . ketika TV Analog sudah menampilkan gambar baru, maka
TV Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.
Tetapi kualitas
Digital jauh lebih bagus, karena dengan format Digital banyak hal
dipermudah. Seperti kalau dulu CD-A (CD
audio analog) atau laser disk jadul satu keping hanya mampu memutar lagu selama
60 menit atau sekitar 6 lagu, maka dengan mode digital sekarang pada CD yang
sama bisa disimpan lagu digital format MP3 hingga ratusan lagu.
Kalau pada TV
analog satu pemancar dengan pemancar lainnya harus dengan frekuensi berbeda,
maka dengan mode Digital satu frekuensi bisa memancarkan banyak siaran TV.
DAMPAK PENYIARAN
TELEVISI DIGITAL
Dampak positif :
Banyak manfaat
yang diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital, diantaranya :
·
Kualitas
gambar yang lebih halus dan tajam
·
Pengurangan
terhadap efek noise (gangguan)
·
Kemudahan
untuk recovery pada penerima dengan error corection code
·
Mengurangi
efek dopler jika menerima siaran TV dalam kondisi bergerak (misal di dalam bus,
mobil ataupun kereta api).
·
Selain
itu sinyal Digital dapat menampung program siaran salam satu paket, dikarenakan
pemakaian bandwitch pada TV Digital tidak sebesar TV Analog.
Dampak negatif :
Disamping banyak
hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam perpindahan ke
siaran TV Digital pun juga banyak, misalnya :
·
Regulasi
bidang penyiaran yang harus diperbaiki
·
Standarisasi
yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan
digunakan
·
Industri
pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya
·
Jika
kanal TV Digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain
penyelenggara TV siaran Digital terrestrial harus membangun sendiri
infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV Analog eksisting
seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah
menjadi TV Digital dikemudian hari akan tertutup karena frekunsinya sudah
habis.
PROSPEK MASA
DEPAN PENYIARAN TELEVISI DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN ADANYA DIGITALISASI
Dengan adanya kemajuan dalam
teknologi di Indonesia, sudah seharusnya kita merasa bangga. Karena tidak ada
lagi kata ketertinggalan dalam segi teknologi. Namun transisi dari perpindahan
TV Analog ke TV Digital tidak mudah, banyaknya tanggapan dari masyarakat atau
pengguna yang berbeda-beda.
Transisi dari pesawat televisi analog
menjadi pesawat televisi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar
televisi dan penerima siaran televisi. Agar dapat menerima penyiaran Digital,
diperlukan pesawat TV Digital. Namun, jika tetap ingin menggunakan pesawat TV
Analog, penyiaran Digital dapat ditangkap dengan alat tambahan yang disebut
kotak konverter (set top box). Ketika menggunakan pesawat televisi Analog,
sinyal penyiaran Digital akan dirubah oleh kotak konverter menjadi sinyal
Analog. Dengan demikian pengguna pesawat televisi Analog tetap dapat menikmati
siaran televisi Digital. Pengguna televisi Analog tetap dapat menggunakan
siaran Analog dan secara perlahan-lahan beralih ke teknologi siaran Digital
tanpa terputus layanan siaran yang digunakan selama ini.
Proses transisi yang berjalan
perlahan dapat meminimalkan resiko kerugian terutama yang dihadapi oleh
operator televisi dan masyarakat. Resiko tersebut antara lain berupa informasi
mengenai program siaran dan perangkat tambahan yang harus dipasang tersebut.
Sebelum masyarakat mampu mengganti televisi Analognya menjadi televisi Digital,
masyarakat menerima siaran Analog dari pemancar televisi yang menyiarkan siaran
televisi Digital.
Bagi operator televisi, resiko
kerugian berasal dari biaya membangun infrastruktur televisi digital
terrestrial yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan membangun
infrastruktur televisi Analog. Operator televisi dapat memanfaatkan
infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini seperti studio,
bangunan, sumber daya manusia, dan lain sebagainnya apabila operator televisi
dapat menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV Digital. Penerapan
pola kerja dengan calon penyelenggara digital pada akhirnya menyebabkan
operator televisi tidak dihadapkan pada risiko yang berlebihan. Dikemudian
hari, penyelenggara televisi Digital dapat dibedakan kedalam dua posisi yaitu
menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi .
DAMPAK ADANYA
SISTEM SIARAN DIGITAL DI INDONESIA
Saat ini populasi televisi tidak
kurang dari 40 juta unit, dengan pemirsa lebih dari 200 juta orang, jauh lenih
banyak dibandingkan dengan komputer, misalnya, yang hanya sekitar 5,9 juta
unit. Terlihat bahwa penggemar televisi begitu banyak di Indonesia. Televisi
adalah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasar dari kata tele
(jauh) dan visio (tampak) jadi televisi memiliki arti dapat melihat dari jarak
jauh. Penemuan televisi ini mampu mengubah peradaban dunia. Semua gambar
televisi dibentuk dari titik-titik cahaya yang bergerak bolak-balik, depan
belakang atau atas bawah, secara cepat pada layar televisi yang tak tampak oleh
mata, sehingga yang terlihat hanyalah rangkaian gambar. Pada tahun 1884 Paul
Nipkow mencetuskan ide tentang pemindaian gambar dengan cara memecahkannya
kedalam rangkaian titik cahaya yang bergerak secara linear menyeberangi sudut
pandangan. Sinyal televisi bekerja seperti radio AM, terkecuali dalam
penghubung pembawa frekuesni tinggi. Pada radio dari suara besar ke lembut sedangkan
televisi dari terang ke gelap. Perangkat televisi di sinkronisaskan dengan
transmitter untuk menghasilkan pola yang tepat dari sebuah piksel yang akan
ditempatkan pada layar. Televisi di transimisikan dengan dua pita frekuensi,
VHF (Very High Frekuency) dan UHF (Ultra High Frekuency), dan setiap saluran
memiliki lebar pita keseluruhan mencapai 6 MHz. Jaringan televisi pertama
menggunakan kabel coaxial dan teknologi gelombang mikro. Pada tahun 1970-an
satelit menjadi standar dan menghubungkan kabel dan jaringan penyiaran kepada
afiliasi mereka dan untuk mentransimikan berita lokal dan pergelaran olahraga
ke kantor berita pusat. Saat ini, jaringan serat optik juga ikut digunakan.
Kemunculan televisi Digital di
Indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena selama ini masih
banyak masyarakat yang masih menggunakan dan terbiasa dengan televisi Analog.
Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima diperalihan ke TV
Digital ini adalah :
Ø Perlunya pesawat
TV baru atau paling tidak kita perlu membeli TV tuner baru harganya bisa
dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang besar,
mengingat hampir semua komponen pertelevisian di Indonesia masih menggunakan
komponen Analog. Sehingga kemajuan teknologi televisi Digital ini dapat
mematikan usaha-usaha kecil yang selama ini telah ada. Karenanya hal ini
mewajibkan pemerintah untuk mensosialisasikan lebih rinci kepada masyarakat.
Ø Mahalnya
perangkat transmisi dan operasional broadcast berbasis teknologi digital
merupakan persoalan tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia.
Bagaimanapun untuk biaya menyiarkan secara Digital, perangkat pemancar memang
harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi frekuensi
secaca Digital. Untuk memback-up operasional sehari-hari saja dengan tingkat
persaingan antar sesama radio dan televisi swasta nasional saja sudah sangat
berat, apalagi harus mengalokasikan sekian persen pemasukan iklan untuk
digunakan bagi Digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi stasiun televisi
harus siaran multicast atau operasiaonal di dua saluran secara paralel : Analog
dan Digital, karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat
membeli televisi Digital.
Ø Sistem
pemrosesan sinyalnya. Pada sistem Digital, karena diperlukan tambahan proses
misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi
Decoding dan equalization di
penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik
dibandingkan TV Analog. Ketika TV Analog sudah memunculkan gambar baru maka Tv
Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.
Ø Bagaimana soal
akses pada jaringan media serta kondisi sistem akses itu sendiri. Persoalan
seperti pengaturan decoder TV digital maupun content media menjadi layak kaji dalam hal ini dan akses pada
spektrum frekuensi .
Ø Bagaimanapun
pada era penyiaran Digital telah terjadi konvergensi antar teknologi penyiaran
(broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT).
Dalam era penyiaran Digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu
media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun
menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka.
Ø Terjadinya
migrasi dari era penyiaran Analog menuju era penyiaran Digital yang memiliki
konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan membuka peluang lebih
luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat
memberikan peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan
fungsinya dan dapat memberikan peluang banyak bagi masyarakat luas untuk
terlibat dalam industri penyiaran ini.
Ø Momentun
penyiaran Digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi,
pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri sinetron,
film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan
ekonomi masyarakat.
Televisi di
Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk
mendapatkan informasi. Baik televisi Digital maupun Aalog dalam penyiarannya
memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya. Dengan
frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan berdampak
buruk baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak.
TELEVISI
DIGITAL
a.
Pengertian
Televisi
digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi
digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke
pesawat televisi.
Berdasarkan
hasil survey dinyatakan bahwa saat ini pengguna perangkat TV di Indonesia cukup
tinggi dibandingkan media informasi lain, yaitu 55% dari seluruh jumlah
keluarga di Indonesia itu memiliki TV atau terdapat 40 juta pemirsa TV, maka
dapat dinyatakan bahwa media TV merupakan sarana yang paling tepat untuk
digunakan sebagai distribusi dan disemanisasi informasi di Indonesia.
Selain
alasan diatas, pengembangan televisi digital antara lain dikarenakan karena :
·
Perubahan
lingkungan eksternal, antara lain :
1.
Pasar
TV analog yang sudah jenuh
2.
Kompetisi
dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
·
Perkembangan
teknologi, misalnya :
1.
Teknologi
pemrosesan sinyal digital
2.
Teknologi
transmisi digital
3.
Teknologi
semikonduktor
4.
Teknologi
peralatan yang beresolusi tinggi
b. Sistem penyiaran TV digital
Stasiun Tv penyiaran baik TVRI
maupun TV swasta nasional memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan
teknologi digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk memproduksi
program, mengedit, merekam dan menyimpan data. Pengiriman sinyal gambar, suara
dand ata menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang
dimanfaatkan sebagai siaran TV-berlangganan. Sistem transmisi digital melalui
satelit ini menggunakan standar yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting
Satelitte).
TV digital mempunyai tiga standart yaitu
:
·
DVT
(Digital Television), sistem yang berlaku di Amerika .
·
DVB-T
(Digital Video Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di Eropa.
·
ISDB-T
(Integrated Service Digital Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di
Jepang.
Dari hasil uji
coba siaran digital TV, teknologi DVB-T mampu memultipleks beberapa program
sekaligus. Secara teknik pita spectrum frekuensi radio yang digunakan untuk
televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak
perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF (Ultra High Frekuency).
Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital
berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8
MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita
frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan
sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda
tentunya, dengan kualitas cukup baik. Disamping itu, penambahan varian DVB-H
(handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam program siaran lagi,
khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini sangat memungkinkan bagi
penambahan siaran siaran TV baru.
Selain ditunjang
oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah,
TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan
berfrekuensi sama atau SFN (Single Frekuency Network) sehingga daerah cakupan
dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru (cable,
satelitte, VCR, DVD players, camcorders, video gaes consoles) adalah dengan
menggunakan format digital. Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat dipakai
diperlukan inverter (set top box) yang dapat merubah signal digital ke analog
sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV receiver biasa.
Sistem penyiaran
TV digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran
TV yang dikembangkan dipertengahan tahun 90 an dan diujicobakan pada tahun
2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV
secara simulcast atau siaran bersama dengan siaran Analog sebagai masa
transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan
siaran TV digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang
mengoperasikan.
TELEVISI ANALOG
a.
Pengertian
Analog
adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinue, yang membawa informasi
dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua parameter/karakteristik terpenting
yang dimiliki oleh isyarat Analog adalah amplitude dan frekuensi. Gelombang
pada sinyal Analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki tiga
variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase. Amplitudo merupakan
ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal Analog. Frekuensi adalah jumlah
gelombang sinyal Analog dalam satuan detik. Phase adalah besar sudut dari
sinyal analog pada saat tertentu.
Analog
disebarluaskan melalui gelombang elektromagnetik (gelombang radio) secara terus
menerus, yang banyak dipengaruhi oleh faktor “pengganggu”. Analog merupakan
bentuk komunikasi elektromagnetik yang merupakan proses pengiriman sinyal pada
gelombang elektromagnetik dan bersifat variable yang berurutan. Jadi sistem
analog merupakan suatu bentuk sistem komunikasi elektromagnetik yang menggantungkan
proses pengiriman sinyalnya pada gelombang elektromagnetik.
PERBEDAAN
TELEVISI DIGITAL DAN ANALOG
Kelebihan signal Digital
dibanding Analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk
diperbaiki (recovery) dipenerima dengan kode koreksi error (error corection
code). Perbedaan TV Digital dan Analog hanyalah perbedaan pada sistem transmisi
pancaannya. TV kebanyakan di Indonesia masih menggunakan sistem Analog, dengan
cara memodulasikannya langsung pada Frekuensi Carrier, sedangkan pada sistem
Digital data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret), baru
dipancarkan. sebagai ilustrasi, Jika ‘dahulu’ kita menonton film lewat VCR,
Video yang pakai pita, itu adalah analog, tetapi jika kita mendengarkan MP3 itu
adalah digital. Kemudian sedikit yang membedakan TV Analog dan Digital adalah
sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem Digital, karena diperlukan tambahan proses
misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di
penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik
dibandingkan TV Analog . ketika TV Analog sudah menampilkan gambar baru, maka
TV Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.
Tetapi kualitas
Digital jauh lebih bagus, karena dengan format Digital banyak hal
dipermudah. Seperti kalau dulu CD-A (CD
audio analog) atau laser disk jadul satu keping hanya mampu memutar lagu selama
60 menit atau sekitar 6 lagu, maka dengan mode digital sekarang pada CD yang
sama bisa disimpan lagu digital format MP3 hingga ratusan lagu.
Kalau pada TV
analog satu pemancar dengan pemancar lainnya harus dengan frekuensi berbeda,
maka dengan mode Digital satu frekuensi bisa memancarkan banyak siaran TV.
DAMPAK PENYIARAN
TELEVISI DIGITAL
Dampak positif :
Banyak manfaat
yang diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital, diantaranya :
·
Kualitas
gambar yang lebih halus dan tajam
·
Pengurangan
terhadap efek noise (gangguan)
·
Kemudahan
untuk recovery pada penerima dengan error corection code
·
Mengurangi
efek dopler jika menerima siaran TV dalam kondisi bergerak (misal di dalam bus,
mobil ataupun kereta api).
·
Selain
itu sinyal Digital dapat menampung program siaran salam satu paket, dikarenakan
pemakaian bandwitch pada TV Digital tidak sebesar TV Analog.
Dampak negatif :
Disamping banyak
hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam perpindahan ke
siaran TV Digital pun juga banyak, misalnya :
·
Regulasi
bidang penyiaran yang harus diperbaiki
·
Standarisasi
yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan
digunakan
·
Industri
pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya
·
Jika
kanal TV Digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain
penyelenggara TV siaran Digital terrestrial harus membangun sendiri
infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV Analog eksisting
seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah
menjadi TV Digital dikemudian hari akan tertutup karena frekunsinya sudah
habis.
PROSPEK MASA
DEPAN PENYIARAN TELEVISI DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN ADANYA DIGITALISASI
Dengan adanya kemajuan dalam
teknologi di Indonesia, sudah seharusnya kita merasa bangga. Karena tidak ada
lagi kata ketertinggalan dalam segi teknologi. Namun transisi dari perpindahan
TV Analog ke TV Digital tidak mudah, banyaknya tanggapan dari masyarakat atau
pengguna yang berbeda-beda.
Transisi dari pesawat televisi analog
menjadi pesawat televisi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar
televisi dan penerima siaran televisi. Agar dapat menerima penyiaran Digital,
diperlukan pesawat TV Digital. Namun, jika tetap ingin menggunakan pesawat TV
Analog, penyiaran Digital dapat ditangkap dengan alat tambahan yang disebut
kotak konverter (set top box). Ketika menggunakan pesawat televisi Analog,
sinyal penyiaran Digital akan dirubah oleh kotak konverter menjadi sinyal
Analog. Dengan demikian pengguna pesawat televisi Analog tetap dapat menikmati
siaran televisi Digital. Pengguna televisi Analog tetap dapat menggunakan
siaran Analog dan secara perlahan-lahan beralih ke teknologi siaran Digital
tanpa terputus layanan siaran yang digunakan selama ini.
Proses transisi yang berjalan
perlahan dapat meminimalkan resiko kerugian terutama yang dihadapi oleh
operator televisi dan masyarakat. Resiko tersebut antara lain berupa informasi
mengenai program siaran dan perangkat tambahan yang harus dipasang tersebut.
Sebelum masyarakat mampu mengganti televisi Analognya menjadi televisi Digital,
masyarakat menerima siaran Analog dari pemancar televisi yang menyiarkan siaran
televisi Digital.
Bagi operator televisi, resiko
kerugian berasal dari biaya membangun infrastruktur televisi digital
terrestrial yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan membangun
infrastruktur televisi Analog. Operator televisi dapat memanfaatkan
infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini seperti studio,
bangunan, sumber daya manusia, dan lain sebagainnya apabila operator televisi
dapat menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV Digital. Penerapan
pola kerja dengan calon penyelenggara digital pada akhirnya menyebabkan
operator televisi tidak dihadapkan pada risiko yang berlebihan. Dikemudian
hari, penyelenggara televisi Digital dapat dibedakan kedalam dua posisi yaitu
menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi .
DAMPAK ADANYA
SISTEM SIARAN DIGITAL DI INDONESIA
Saat ini populasi televisi tidak
kurang dari 40 juta unit, dengan pemirsa lebih dari 200 juta orang, jauh lenih
banyak dibandingkan dengan komputer, misalnya, yang hanya sekitar 5,9 juta
unit. Terlihat bahwa penggemar televisi begitu banyak di Indonesia. Televisi
adalah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasar dari kata tele
(jauh) dan visio (tampak) jadi televisi memiliki arti dapat melihat dari jarak
jauh. Penemuan televisi ini mampu mengubah peradaban dunia. Semua gambar
televisi dibentuk dari titik-titik cahaya yang bergerak bolak-balik, depan
belakang atau atas bawah, secara cepat pada layar televisi yang tak tampak oleh
mata, sehingga yang terlihat hanyalah rangkaian gambar. Pada tahun 1884 Paul
Nipkow mencetuskan ide tentang pemindaian gambar dengan cara memecahkannya
kedalam rangkaian titik cahaya yang bergerak secara linear menyeberangi sudut
pandangan. Sinyal televisi bekerja seperti radio AM, terkecuali dalam
penghubung pembawa frekuesni tinggi. Pada radio dari suara besar ke lembut sedangkan
televisi dari terang ke gelap. Perangkat televisi di sinkronisaskan dengan
transmitter untuk menghasilkan pola yang tepat dari sebuah piksel yang akan
ditempatkan pada layar. Televisi di transimisikan dengan dua pita frekuensi,
VHF (Very High Frekuency) dan UHF (Ultra High Frekuency), dan setiap saluran
memiliki lebar pita keseluruhan mencapai 6 MHz. Jaringan televisi pertama
menggunakan kabel coaxial dan teknologi gelombang mikro. Pada tahun 1970-an
satelit menjadi standar dan menghubungkan kabel dan jaringan penyiaran kepada
afiliasi mereka dan untuk mentransimikan berita lokal dan pergelaran olahraga
ke kantor berita pusat. Saat ini, jaringan serat optik juga ikut digunakan.
Kemunculan televisi Digital di
Indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena selama ini masih
banyak masyarakat yang masih menggunakan dan terbiasa dengan televisi Analog.
Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima diperalihan ke TV
Digital ini adalah :
Ø Perlunya pesawat
TV baru atau paling tidak kita perlu membeli TV tuner baru harganya bisa
dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang besar,
mengingat hampir semua komponen pertelevisian di Indonesia masih menggunakan
komponen Analog. Sehingga kemajuan teknologi televisi Digital ini dapat
mematikan usaha-usaha kecil yang selama ini telah ada. Karenanya hal ini
mewajibkan pemerintah untuk mensosialisasikan lebih rinci kepada masyarakat.
Ø Mahalnya
perangkat transmisi dan operasional broadcast berbasis teknologi digital
merupakan persoalan tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia.
Bagaimanapun untuk biaya menyiarkan secara Digital, perangkat pemancar memang
harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi frekuensi
secaca Digital. Untuk memback-up operasional sehari-hari saja dengan tingkat
persaingan antar sesama radio dan televisi swasta nasional saja sudah sangat
berat, apalagi harus mengalokasikan sekian persen pemasukan iklan untuk
digunakan bagi Digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi stasiun televisi
harus siaran multicast atau operasiaonal di dua saluran secara paralel : Analog
dan Digital, karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat
membeli televisi Digital.
Ø Sistem
pemrosesan sinyalnya. Pada sistem Digital, karena diperlukan tambahan proses
misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi
Decoding dan equalization di
penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik
dibandingkan TV Analog. Ketika TV Analog sudah memunculkan gambar baru maka Tv
Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.
Ø Bagaimana soal
akses pada jaringan media serta kondisi sistem akses itu sendiri. Persoalan
seperti pengaturan decoder TV digital maupun content media menjadi layak kaji dalam hal ini dan akses pada
spektrum frekuensi .
Ø Bagaimanapun
pada era penyiaran Digital telah terjadi konvergensi antar teknologi penyiaran
(broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT).
Dalam era penyiaran Digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu
media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun
menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka.
Ø Terjadinya
migrasi dari era penyiaran Analog menuju era penyiaran Digital yang memiliki
konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan membuka peluang lebih
luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat
memberikan peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan
fungsinya dan dapat memberikan peluang banyak bagi masyarakat luas untuk
terlibat dalam industri penyiaran ini.
Ø Momentun
penyiaran Digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi,
pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri sinetron,
film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan
ekonomi masyarakat.
Televisi di
Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk
mendapatkan informasi. Baik televisi Digital maupun Aalog dalam penyiarannya
memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya. Dengan
frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan berdampak
buruk baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar