Minggu, 06 Mei 2012

TUGAS UTS

Gusti Meria Yudani Wijaya             153100011


TELEVISI
Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar.
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom (“hitam putih”) maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. “Televisi” juga dapat diartikan sebagai kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata “televisi” merupakan gabungan dari kata tele (τ
λε, “jauh”) dari bahasa Yunani dan visio (“penglihatan”) dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
Kotak televisi yang pertama dijual pada akhir tahun 1930-an sudah menjadi salah satu alat penerima komunikasi utama dalam rumah, perdagangan dan institusi, khususnya sebagai sumber hiburan dan berita. Sejak 1970-an, kemunculan Video tape, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk menayangkan hasil rekaman.
Walaupun terdapat pula kegunaan televisi yang lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun kegunaan yang paling utama adalah penyiaran televisi yang menyamai sistem penyiaran radio ketika dibangun pada tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkuasa tinggi untuk menyiarkan gelombang televisi ke penerima TV.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui pancaran radio dalam saluran-saluran yang ditetapkan dalam jalur frekuensi 54-890 megahertzHYPERLINK . Gelombang TV juga kini dipancarkan dengan suara stereo atau bunyi keliling di banyak negara. Siaran TV pada awalnya direkam dan dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi kebelakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi televisi digital.
Sebuah kotak televisi biasanya terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik yang terdapat didalamnya, termasuk sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tanpa pemerina biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat memakai pelbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan petunjuk penggunaan senjata, di tempat-tempat yang biasanya atau terlalu berbahaya untuk diperhatikan secara dekat.
Televisi amatir (ham TV atau ATV) juga digunakan untuk kegiatan eksperimen, suka cita dan perhormatan oleh para orang awam dibawah pengendalian radio amatir. Stasiun TV amatir pernah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial

PERBEDAAN TV ANALOG DAN DIGITAL

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Sebelum saya menjelaskan mengenai perbedaan TV analog dengan TV Digital, akan saya paparkan sedikit mengenai sejarah dari keduanya. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision. Tele yang berarti masing-masing jauh , dan Vision artinya nyata atau tampak . Jadi pengertian televisi yaitu sesuatu yang tampak atau dapat dilihat dari jarak jauh. Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan beberapa informasi yang dapat saya kumpulkan, maka saya dapat saya simpulkan bahwa awal dari televisi berasal dari beberapa tahap penemuan yaitu :

TAHUN
KETERANGAN
1831
Henry dan Michael Faraday menemukan hukum Gelombang Elektromagnetik  yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
1876
George Carey menciptakan Selenium Camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai Sinar Katoda.
1884
Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut Teleskop Elektrik dengan resolusi 18 garis.
1888
Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
1897
Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan oleh ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi cikal bakal televisi layar tabung.
1900
Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
1907
Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
1927
Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
1923
Vladimir Kozma Zworykin, mendaftarkan paten atas namanya untuk penemuannya, kinescope, televisi tabung pertama di dunia. Setahun kemudian, dia mendapat kewarganegaraan Amerika Serikat dan menyelesaikan studi doktornya di Universitas Pittsburgh. Vladimir lahir di Rusia, 30 Juli 1889. Dia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope yaitu mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. . Dia bekerja di perusahaan elektronik RCA dan selama 1930 hingga 1940-an, perusahaan itu memanjakannya dengan menguras dana US$ 150 juta untuk produksi teknologi televisi. Keterbukaan Zworykin pada kritik, membuatnya menemukan penemuan baru lagi. Sebuah kamera tabung. Ini melengkapi teknologi televisi tabung penemuannya. Penemuan itu dinamakannya iconoscope, berasal dari bahasa Yunani, icon yang berarti citra dan scope yang berarti mengamati. Ia meninggal karena usia tua pada 29 Juli 1982. Dialah yang kemudian sebagai Sang Penemu Televisi. (1889-1982).
1939
Tepatnya tanggal 11 Mei, untuk pertama kalinya, sebuah pemancar televisi dioperasikan di kota Berlin, Jerman. Dengan demikian, dunia mulai berkenalan dengan alat komunikasi secara visual. Stasiun televisi itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai penghargaan terhadap Powel Nipkov, ilmuwan terkenal Jerman dan salah seorang penemu peralatan televisi.
1940
Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
1956
Robert Adler kelahiran Amerika Serikat bersama rekannya Eugene Polley, menemukan remote control televisi. Walaupun bukan televisinya, tetapi penemuannya menjadi sangat penting bagi teknologi televisi. Dia meninggal dalam usia 93 tahun. Penerima penghargaan Emmy tahun 1997 karena penemuannya itu mendapatkan lebih dari 180 paten Amerika selama karir 58 tahunnya. Menurut istrinya, pengendali jarak jauh televisi itu bukanlah penemuan favoritnya dan dia jarang menonton televisi.
1958
Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan layar televisi dikemukakan oleh Dr. Glenn Brown.
1964
Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.
1967
James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
1968
Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
1975
Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
1979
Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
1981
Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
1987
Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995
Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.
2000-an
Masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
2008-an
Menyusul perkembangan televisi digital di negara-negara Amerika dan Eropa, Indonesia juga akan menerapkan sistem penyiaran Televisi digital (Digital Television/DTV) adalah jenis TV yang menggunakan Modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.
( Sumber : Wikipedia )


JENIS SISTEM PADA TELEVISI

1.    NTSC (National Television Systems Committee ) adalah sistem televisi analog yang digunakan di Amerika Serikat dan banyak negara lainnya. NTSC dikembangkan pada tahun 1950, yang mendefinisikan standar video yang dibuat sampai 525 garis scan horizontal setiap 1/30 detik.
2.    PAL (Phase-Alternating Line, Phase Alternation By Line ) atau ( Phase Alternation Line ) adalah sebuah encoding berwarna digunakan dalam sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia kecuali di kebanyakan Amerika, beberapa di Asia Timur (yang menggunakan NTSC), sebagian Timur Tengah dan Eropa Timur, dan Prancis (yang menggunakan SECAM. PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan tahun 1967.
3.    SECAM (Sequentiel Couleur A Memoire) adalah sistem televisi analog yang digunakan di Perancis dan beberapa negara lainnya, termasuk Rusia dan beberapa negara Eropa timur. Sistem yang dikembangkan oleh sebuah tim dengan ketuanya, Henri de France, ini merupakan standar video analog yang pertama di Eropa.



Transisi TV analog ke TV digital

Untuk proses transasisi ini pastinya banyak masalah yang akan muncul. Salah satunya adalah masalah dari segi infrastruktur pihak penyiaran yang harus mengelurkan biaya lebih dan sekaligus pihak penikmat layanan televisi akan dipaksa untuk membayar biaya berlanggan televisi digital tersebut.  Namun, demi kenyamanan bersama, proses pergantian ini dilakukan bertahap dengan beberapa langkah yaitu memperjual belikan penyiaran televisi langganan. Ini merupakan salah satu untuk mewujudkan penerapan penyiaran digital sekaligus membuang penyiaran analog yang gratis itu. Salah satu contoh stasiun televisi digital yaitu TVRI yang telah melakukan peluncuran siaran televisi digital pertama kali di Indonesia pada  tanggal 13 Agustus 2008.

Sistem penyiaran digital di Indonesia mengadopsi sistem penyiaran video digital standar internasional (DVB) yang dikompresi memakai MPEG-2 dan dipancarkan secara terestrial (DVB-T) pada kanal UHF (di Jakarta di kanal 40, 42, 44 dan 46 UHF) serta berkonsep gratis untuk mengudara. Penerimaan sinyal digital mengharuskan pengguna di rumah untuk menambah kotak konverter hingga pada nantinya berlangsung produksi massal TV digital yang bisa menangkap siaran DVB-T tanpa perlu tambahan kotak konverter. Selain siaran DVB-T untuk pengguna rumah, dilakukan uji coba siaran video digital berperangkat genggam (DVB-H). Siaran DVB-H menggunakan kanal 24 dan 26 UHF dan dapat diterima oleh perangkat genggam berupa telepon seluler khusus. Keutamaan DVB-H adalah sifat siaran yang kompatibel dengan layar telepon seluler, berteknologi khusus untuk menghemat baterai, dan tahan terhadap gangguan selama perangkat sedang bergerak. Jaringan DVB-H di Indonesia dipercayakan kepada jaringan Nokia-Siemens. Pada akhir tahun 2009 Departemen Komunikasi dan Informasi merencakan untuk mengeluarkan lisensi penyiaran digital  bersamaan dengan penghentian pemberian izin untuk siaran televisi analog secara bertahap. Pemerintah telah menetapkan peserta yang mendapat izin frekuensi sementara untuk menyelenggarakan uji coba DVB-T dan DVB-H di Jakarta yaitu :
ü  Untuk DVB-T
o   Lembaga Penyiaran Publik TVRI
o   Konsorsium TV Digital Indonesia (KTDI): SCTV, ANTV, TransTV, Trans7, TV One, Metro TV
ü  Untuk DVB-H
o   Telkom Tbk (Telkomsel dan TELKOMVision)
o   Mobile-8 Telecom Tbk (didukung oleh TV grup MNC: RCTI, Global, TPI)



Keunggulan frekuensi TV digital terhadap TV Analog

 1.    Siaran menggunakan sistem digital memiliki ketahanan terhadap gangguan dan mudah untuk diperbaiki kode digitalnya melalui kode koreksi error. Akibatnya adalah kualitas gambar dan suara yang jauh lebih akurat dan beresolusi tinggi.
2.    Siaran televisi digital dapat menggunakan daya yang rendah.
3.    Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien sehingga saluran dapat dipadatkan.
4.    Sistem penyiaran TV Digital menggunakan OFDM yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat.
5.    Siaran berteknologi digital yang tidak memungkinkan adanya keterbatasan frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi baru
6.    Terjadi efisiensi penggunaan kanal frekuensi berupa pemakaian satu kanal frekuensi untuk 4 hingga 6 program.
7.    Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi analog dan sistem penerimaan televisi bergerak.
8.    TV Digital memiliki fungsi interaktif dimana pengguna dapat menggunakannya seperti internet.
9.    Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak.
10. TV Digital memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang lebih banyak daripada televisi analog.
11. TV Digital memiliki hasil siaran dengan kualitas gambar dan warna yang jauh lebih baik dari yang dihasilkan televisi analog.

Perlu sedikit diketahui, memang benar banyak sebagian orang mengatakan kalau gambar yang dihasilkan TV LCD atau Plasma TV memiliki resolusi yang lebih tinggi dan kualitas gambarnya tajam. Tetapi kekurangannya adalah dimana umur TV tersebut tidak dapat berumur panjang jika kita memakainya terus-menerus, bila dibandingkan dengan TV CRT atau yang dikenal sebagai televisi biasa yang digunakan orang pada umumnya masyarakat Indonesia. Maka, pilihan ada di tangan Anda semua bagiamana memilih televisi yang sesuai kebutuhan dan keinginan Anda.

Deskripsi
Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi. Dapat dikatakan, siaran digital hanya mengenal dua kondisi status, terima (kode 1) atau tidak (kode 0).
Siaran televisi digital terestrial berisikan siaran stasiun-stasiun televisi yang beroperasi secara free-to-air, sehingga masyarakat tidak dipungut bayaran untuk menonton. Siaran televisi digital ini dapat diterima di televisi analog dengan memanfaatkan perangkat Digital Set Top Box (STB)/Digital Receiver/DVB-T Receiver yang mengubungkan antena dengan televisi analog. Dengan kata lain Digital STB adalah sebuah dekoder untuk mengubah sigyal digital menjadi gambar dan suara dan menampilkannya pada pesawat televisi analog.
Siaran televisi digital sendiri memiliki beberapa standar yang berbeda di berbagai negara. Setidaknya terdapat tiga standar utama yaitu sistem DVB di Eropa, ATSC di Amerika Serikat, dan sistem Jepang menggunakan ISDB. Hal ini merupakan kelanjutan dari tiga standar TV analog, yaitu PAL (Eropa), NTSC (Amerika) dan SECAM (Jepang) . Standar DVB Eropa adalah standar yang paling banyak dianut oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Sementara standar siaran untuk televisi digital terestrial sendiri seringkali disebut dengan istilah DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terrestrial).
Keunggulan
Kualitas gambar dan suara
Siaran televisi digital terestrial menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang mampu mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog, efek lintasan jamak menimbulkan echo atau gaung yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada bayangan).
Penyiaran televisi digital menawarkan kualitas gambar yang sama dengan kualitas DVD, bahkan stasiun-stasiun televisi dapat memancarkan programnya dalam format 16:9 (layar lebar) dengan standar Standard Definition (SD) maupun High Definition (HD). Kualitas suara pun mampu mencapai kualitas CD Stereo, bahkan stasiun televisi dapat memancarkan suara dengan Surround Sound (Dolby DigitalTM).
Tahan perubahan lingkungan
Siaran televisi digital terestrial memiliki ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile TV), misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada TV analog saat ini.
Tahan terhadap efek interferensi
Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery) terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman atau transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error (error correction code) tertentu.
Efisiensi spektrum/kanal
Teknologi siaran televisi digital lebih efisien dalam pemanfaatan spektrum dibanding siaran televisi analog. Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk siaran televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF. Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6, artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital untuk lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya.
Dalam bahasa yang sederhana, ini berarti dalam satu frekuensi dapat digunakan untuk enam siaran yang berbeda. Ini jauh lebih efisien dibanding dengan siaran analog dimana satu frekuensi hanya untuk satu siaran saja. Dengan keunggulan ini, keterbatasan jumlah kanal dalam spektrum frekuensi siaran yang menjadi penghambat perkembangan industri pertelevisian di era analog dapat diatasi dan memungkinkan munculnya stasiun-stasiun televisi baru yang lebih banyak dengan program yang lebih bervariasi.
Standar Siaran
Terdapat tiga standar utama yang digunakan di dunia internasional mengenai siaran televisi digital yaitu DVB di Eropa, ATSC di Amerika Serikat, dan sistem Jepang menggunakan ISDB. Perbedaan standar yang digunakan oleh masing-masing negara ini lebih disebabkan oleh masalah preferensi teknologi, kemudahan adaptasi, bahkan hingga masalah nasionalisme. Meskipun demikian, standar-standar ini sedang dalam proses penyatuan format sehingga akan lebih mudah dan murah proses adopsinya ke seluruh dunia.
Penentuan standar ini menjadi penting karena apabila salah menentukan pilihan bisa jadi teknologi yang diadopsi ternyata tidak cocok digunakan di dalam negeri dan mengakibatkan kerugian terhadap investasi publik. Hal ini pernah terjadi di Indonesia ketika pemilihan teknologi Betamax untuk siaran analog. Sebagai catatan, pada saat Indonesia memilih teknologi Betamax ternyata negara lain menggunakan teknologi VHS. Teknologi Betamax lambat laun jauh tertinggal dan akhirnya tidak bisa digunakan. Ini menyebabkan masyarakat yang telah membeli teknologi Betamax mengalami kerugian material karena teknologi tersebut tidak bisa digunakan. Maka, perlu dipilih standar yang benar-benar layak agar rancangan yang akan dijalankan dapat digunakan sebagai senjata pamungkas untuk mengatasi masalah yang selama ini ada dalam dunia penyiaran di Indonesia.
Untuk keperluan penetapan standar televisi digital terestrial ini, pemerintah Indonesia membentuk Tim Nasional Migrasi Sistem Penyiaran dari Analog ke Digital yang bertugas melakukan kajian dan uji coba terhadap beberapa standar penyiaran televisi digital terestrial yang ada . Dari hasil kajian tim tersebut, diputuskan bahwa di Indonesia digunakan standar DVB-T (Digital Video Broadcasting–Terrestrial)untuk televisi tidak bergerak.
Proses Migrasi
Pelaksanaan migrasi dari siaran analog ke sistem digital pada umumnya dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap transisi dan cut-off. Pada tahap transisi, siaran analog dan digital siaran dilakukan secara bersamaan, sebelum mengganti seluruh perangkat ke sistem digital. Pada tahap ini agar TV analog dapat menerima sinyal digital dengan kualitas yang baik dengan perangkat tambahan berupa set top box. Sedangkan pada tahap cut off, nantinya semua siaran televisi analog benar-benar dihentikan sehingga tidak dapat diterima lagi oleh masyarakat.
Potensi
Masa transisi migrasi
Untuk stasiun televisi yang sudah mapan di ranah siaran analog, masa transisi atau migrasi dapat dimanfaatkan untuk membangun citra yang baru. Ini dikarenakan berbagai sumber daya yang telah dimiliki dapat dipergunakan kembali dalam siaran digital sehingga tidak diperlukan dana yang besar untuk pembangunan infrastruktur. Dengan demikian, stasiun televisi dapat memusatkan perhatianya untuk meraih jumlah pemirsa yang diinginkan dengan brand baru yang dibuat sesuai dengan siaran digital yang dilakukannya. Hal semacam ini telah dilakukan stasiun-stasiun televisi di negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Efisiensi kanal dan pertumbuhan industri pertelevisian
Efisiensi kanal pada siaran digital yang berbanding 1:6 dengan analog memungkinkan pertumbuhan siaran-siaran televisi baru yang selama ini terkendala keterbatasan frekuensi yang bisa digunakan. Sistem siaran digital memungkinkan setiap spektrum frekuensi radio dapat digunakan utuk menyiarkan enam kanal transmisi/program siaran. Jadi, jika sebelumnya satu spektrum frekuensi siaran hanya dipakai oleh satu stasiun televisi maka dengan siaran digital spektrum tersebut dapat digunakan oleh enam stasiun televisi secara bersamaan dengan program yang bervariasi tentunya.
Diprediksi tren yang akan berkembang nanti adalah satu penyelenggara televisi digital akan meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar, artinya tidak cukup hanya 1 (satu) kanal pembawa melainkan lebih. Ini dikarenakan dalam prakteknya nanti penyelenggara, yang berbentuk konsorsium yang terdiri dari enam stasiun televisi seperti KTDI, hanya akan berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan yang mentransfer program dari stasiun-stasiun televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket layanan sebagaimana penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini. Walaupun demikian untuk membuka kesempatan bagi pendatang baru di dunia TV siaran digital ini, dapat ditempuh pola Kerja Sama Operasi antar penyelenggara TV yang telah mapam dengan calon penyelenggara TV digital baru. Sehingga di kemudian hari penyelenggara TV digital dapat dibagi menjadi "network provider" dan "program/content provider".
Konvergensi dan Interaktivitas
Frekuensi yang digunakan dalam siaran televisi digital melalui kanal VHF dan UHF (170-230 MHz dan 470-890MHz) sebenarnya tidak sekedar diperuntukkan untuk siaran televisi saja melainkan juga bisa digunakan untuk internet, komunikasi data, bahkan telepon, mengingat kemampuan komunikasi duplex (dua arah) yang dapat dilakukan pada teknologi televisi digital ini. Interaktivitas sendiri diartikan fungsi kritis yang mengubah keseluruhan konsep dari televisi yang menempatkan pemirsa sebagai pemegang kontrol . Dengan melihat fungsi lama televisi dan kemampuannya utuk terhubung dengan internet, televisi menjadi kanal komunikasi yang sangat kuat dan mampu menjangkau seluruh sektor masyarakat.
Televisi interaktif dapat terikat kepada individu secara personal yang memungkinkan seperangkat layanan dihantarkan ke rumah. Pemirsa juga bisa menggunakan televisi interaktif untuk mengirim e-mail, home shopping, dan memainkan game favoritnya. Namun demikian, pemirsa tetap akan menggunakan televisi secara pasif, sebagaimana fungsi aslinya, tetapi kemudian akan terbiasa untuk menggunakan fungsi yang lebih maju seperti fitur-fitur interaktif. Fitur-fitur itu antara lain: layanan data dengan menu Bahasa Indonesia, informasi ramalan cuaca, keadaan lalu lintas, keuangan, peringatan dini bencana alam, berita, dan dapat dilengkapi dengan sarana pengukuran rating TV.
Mendukung berkembangnya industri elektronika
Di Indonesia, dalam rangka merancang langkah-langkah strategis dalam migrasi siaran analog ke digital, dibentuk tiga kelompok kerja yang salah satunya adalah Kelompok Kerja Teknologi Peralatan Penyiaran Digital yang bertugas menyiapkan standardisasi perangkat penyiaran digital terestrial. Setelah standar itu nantinya ditetapkan, langkah penting yang harus diambil oleh Pemerintah adalah menunjukkan keberpihakannya terhadap industri dalam negeri yang memiliki kapasitas untuk membuat set top box (STB) sesuai standar yang telah ditentukan. Jika muncul keraguan terhadap produk dalam negeri ini, bisa ditekan dengan memberikan rekomendasi Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga bisa memberikan perlindungan pada konsumen.
Keberpihakan pemerintah terhadap industri akan berbuah pada munculnya produk STB produksi dalam negeri yang berkualitas baik dan dengan harga yang lebih terjangkau oleh masyarakat dibanding produk serupa dari luar negeri. Selain itu, penggunaan standar SNI juga akan mencegah pasar dibanjiri oleh STB dari luar negeri dengan harga yang lebih murah namun kualitasnya dpertanyakan. Lebih lanjut, bisa pula dilakukan kerjasama dengan pihak operator siaran agar hanya STB buatan dalam negeri yag bisa menangkap siaran mereka. Intinya, masa transisi dan migrasi dari siaran analog ke digital juga membawa potensi pertumbuhan industri elektronika di dalam negeri jika terjadi koordinasi yang baik di antara pihak terkait.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar